Tags

“G6pd as known as glucose-6-phosphate dehydrogenase adalah suatu kelainan genetika yang diturunkan dari kromosom x

kelainan genetika ini mengakibatkan sel darah merah tidak dapat memproduksi enzim g6pd dalam jumlah yang cukup untuk melindungi sel darah merah itu sendiri

sehingga pada saat tubuh terkena paparan dari pantangan atau obat-obatan tertentu, dapat mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis) & untuk stadium yang parah dapat mengakibatkan anemia”

Desember 2014

Karan lahir dengan perkiraan caesar 5 bulan sebelumnya, perdebatan dengan istri mengenai tanggal lahir yang baik untuk dirinya sering didiskusikan beberapa hari menjelang HPL (hari perkiraan lahir). Antara 11 atau 12 desember. Tapi uniknya dia memilih hari lahirnya sendiri tanggal 8 desember, pukul setengah 6 pagi saat pendarahan istri sudah terjadi pukul 03.30 pagi, 2 jam sebelumnya. 

Hal itu persis seperti kebiasaan dirinya mengetuk-ngetuk dinding rahim ibunya saat jam yang sama, saat adzan subuh pertama sudah dikandangkan. 
Antara percaya dan tak percaya, takjub dan perasaan yang bercampur haru bahagia, akhirnya saya lihat tubuh kecilnya dalam kotak kaca, disertai tangisnya yang memecah kesunyian, keras dan menarik perhatian. 

Its wonderfull, mukjizat bagi saya, untuk memiliki seorang putra, darah daging saya sendiri. Menilik hari hari sebelumnya, dimana tingkah laku saya masih seperti anak kecil dan tepat didepan saya, anak kecil dari si anak kecil telah lahir. Saya dituntut belajar dewasa, & harus jadi figur yang tepat untuk dirinya. 
Secara kasat mata karan tak berbeda dengan bayi lainnya, namun setelah hasil lab keluar ternyata parameter g6pd nya rendah, dan menurut dr. Karan memiliki G6PD deficiency. 

Nama g6pd ini terdengar awam bagi saya, secara umum dr menjelaskan bahwa karan tak boleh terpapar obat-obatan tertentu yg dapat memecah sel darah merahnya. Saya diberi copyan pantangan obat dalam kertas a4 berisi 4 kolom dan 30an baris daftar obat. Saya baca satu persatu, mulai dari yg terdengar familiar seperti parasetamol dan aspirin, hingga nama obat yang berawalan “sulf/sulfat” dan “quinin”. Termasuk diantaranya kamper, kapur barus  dan obat kina.

Saya pikir dalam hati “baiklah kami bisa menjaga putra kami untuk tidak mengkonsumsi obat tersebut diatas, mungkin apabila dia sakit akan ada obat subtitusi pengganti obat didaftar pantangan obat tersebut”. 

Mencoba untuk menerima keadaan tersebut dan mencari second opinion, Disertai rasa penasaran, akhirnya saya dan istri putuskan untuk tes kembali di laboratorim swasta di kota kami, sehari setelahnya kami mendapatkan hasil lab bahwa karan masih mendapatkan hasil tes dengan g6pd deficiencynya”

Setelah berkonsultasi dengan kerabat yg berprofesi sebagai dokter, didapatkan pula informasi bahwa pantangan bagi penderita g6pd tidak hanya dari obat-obatan, namun juga dari makanan, hal tersebut diantara adalah jenis kacang-kacangan seperti kacang kedelai dan fava beans. 

(Untuk pantangan makanan ini masih saya cari sampai sekarang, makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi oleh karan)

Cara hidup seorang g6pd haruslah menghindari pantangan obat obatan dan makanan tersebut. 

Saya pikir, anak saya akan hidup lebih sehat dr saya, karena ia tidak pernah mengkonsumsi produk makanan instant, semuanya serba fresh dan dibuat sendiri oleh istri dan ibu saya tercinta (& saya sendiri, kadang2 tapi ;p ) 

Saya berpikir untuk lebih protektif, memfilter makanan yang dikonsumsi nya, menjelaskan keadaan dirinya saat ia beranjak balita, menjelaskan ke orang orang dan lingkungan sekitar tentang pantangan yang tidak boleh dia langgar, hingga saatnya ia dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri.

Dan untuk bergaya hidup sehat, mencontohkan hidup sehat, mengkonsumsi makana sehat, berarti harus dari figur orang tuanya sendiri. Berarti saya pun harus bergaya hidup sehat untuk menemani dia beranjak besar nanti ;D

Well de karan, mas abi 

Lets ride the adventure 😀 every single day in your life 😉 

Bismillah ;D 

To be continued

  
*diambil dari berbagai sumber